Tradisi Jawa - Gayung yang memiliki nama jawa Siwur dalam kehidupan masyarakat dikenal menjadi bagian dari kebudayaan Jawa. Gayung yang biasa kita pakai seperti saat kita mandi, dll, oleh masyarakat Jawa juga digunakan dalam hal lain. Berikut penggunaan gayung pada tradisi-tradisi Jawa.
Begalan (Upacara Perkawinan)
Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian upacara perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. (id.wikipedia)
Pada salah satu adegannya, yaitu dimana sang Pembawa menjelaskan mengenai barang-barang yang dibawanya kepada perampok "kepo" alias sok pengen tau, yang salah satunya dijelaskan tentang Gayung, yakni diartikan agar sang calon istri bisa menampung dan berhemat. (Indosiar)
Gayung yang dipakai di sini adalah gayung yang terbuat dari batok (tempurung) kelapa.
Jailangkung
Jailangkung adalah sebuah permainan tradisional Nusantara yang bersifat ritual supernatural. Permainan ini bersifat supernatural, umumnya dilakukan sebagai ritual untuk memanggil entitas supernatural. Media yang digunakan untuk menampung makhluk halus atau entitas supernatural yang dipanggil dalam permainan Jailangkung adalah sebuah gayung air yang umumnya terbuat dari tempurung kelapa yang didandani pakaian dan bergagang batang kayu. (id.wikipedia)
Oleh orang Jawa, permainan Jailangkung dikenal dengan sebutan "Nini Thowong" atau "Nini Thowok". Permainan ini tidak hanya dikenal sebagai permainan tradisional anak-anak, tapi juga dilakukan sebagai usaha menjaga keselamatan desa dan menolak bala. Untuk tujuan tersebut, ritual ini dilakukan bukan oleh anak kecil, melainkan orang yang sudah dewasa.
Tingkeban/Mitoni
Tradisi tingkeban/mitoni merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan. (http://download-aplikasi-gratisbanyumas.blogspot.com).
Penggunaan gayung dalam tradisi ini ialah saat Siraman (menggunakan separuh batok beserta daging kelapanya) dan Mecahake wajan lan gayung.
Siraman pada bulan Sura
Bulan Sura adalah bulan baru yang digunakan dalam tradisi penanggalan Jawa. Di samping itu bagi masyarakat Jawa adalah realitas pengalaman gaib bahwa dalam jagad makhluk halus pun mengikuti sistem penanggalan sedemikian rupa. Sehingga bulan Sura juga merupakan bulan baru yang berlaku di jagad gaib. Alam gaib yang dimaksudkan adalah; jagad makhluk halus ; jin, setan (dalam konotasi Jawa; hantu), siluman, benatang gaib, serta jagad leluhur ; alam arwah, dan bidadari. Antara jagad fana manusia (Jawa), jagad leluhur, dan jagad mahluk halus berbeda-beda dimensinya. (sabdalangit.wordpress.com).
Dalam masyarakat jawa, sedikitnya ada 5 ritual yang dilakukan dalam bulan ini. Salah satunya yaitu Siraman Satu Sura, dimana dilakukan siraman pada malam hari sebanyak 7, 11 atau 17 kali dengan memakai gayung.
Tradisi Ruwatan
Pengertian Ruwatan adalah suatu upacara atau ritual yang bertujuan untuk mengusir nasib buruk atau kesialan yang ada pada seseorang. Upacara adat Jawa ini masih sering terlihat, terutama di Jogja dan Jawa Tengah serta sebagian besar Jawa Timur. Dipercaya bahwa setelah adanya ritual ini, maka kehidupan seorang yang diruwat akan menjadi lebih baik, lebih sejahtera dan lebih beruntung. Pada tradisi ruwatan, gayung dipakai untuk memandikan sukerto. (jagadkejawen.com).